top of page
Navigation icon

Bagian 3

Navigation

navigation.png

Bab 14

Nilai adalah dasar

​

Nilai-nilai adalah dasar dari pandangan hidup, membentuk keputusan, komunitas, dan perilaku. Untuk menggerakkan para pemangku kepentingan, kampanye harus mengacu pada nilai-nilai yang sudah mereka utamakan—terutama komunitas (etika, keterhubungan) dan otonomi (keterbukaan terhadap perubahan).

Reading a Compass
Seorang pemangku kepentingan akan ingin bertindak jika kita menarik perhatian mereka pada nilai-nilai mereka. 

 

Sama seperti bulan, angin, dan arus laut membentuk lautan, dasar laut (batuan dasar) juga memainkan peran penting dengan mempengaruhi kepadatan dan suhu air di atasnya. 

​

Nilai adalah dasar atau fondasi sudut pandang kita atas dunia. Nilai membentuk perilaku kita, komunitas yang kita ikuti, dan bahkan orang-orang serta media yang menetapkan aturan untuk dunia kita. 

 

Prioritas nilai adalah nilai-nilai yang kita utamakan. Prioritas ini berfungsi sebagai standar, membimbing kita dalam memutuskan apa yang baik atau berharga. Prioritas ini dapat berubah perlahan, atau cepat jika dalam krisis di mana misalnya nilai prioritas altruisme seseorang mungkin bergeser demi menghidupi keluarganya. 

 

Sebagai pengkampanye dan komunikator, audiens target kami mungkin tidak selalu memprioritaskan nilai yang sama dengan kami. Sebagaimana yang dikatakan oleh seorang ahli komunikasi strategis: Ingat: Kami bukan audiens. Tugas kami adalah untuk menarik perhatian pada prioritas nilai tertentu dalam situasi tertentu.

 

Kita dapat membingkai pesan untuk menonjolkan nilai-nilai yang berbeda, membantu memperkuat kemampuan audiens kita untuk mengalami dan menggunakan nilai-nilai tersebut dalam pengambilan keputusan mereka sendiri.

​

“Anda tidak dapat membuat orang berubah, kecuali ke arah perubahan yang mereka inginkan.”

 
Milton Rokeach / Shalom Schwarz

 

Kami telah membuat panduan untuk merangkai pesan untuk berbagai hubungan dan audiens berdasarkan nilai-nilai mereka, yang diadaptasi dari karya Liz Manne dan Harmony Labs, berdasarkan Shalom Schwarz. Panduan ini dimulai dengan menguraikan empat area prioritas nilai:

​

  • Otonomi (I): Keterbukaan terhadap perubahan (nilai-nilai seperti hedonisme, stimulasi, arah diri). Nilai-nilai ini memprioritaskan pencarian pengalaman baru.

  • Komunitas (Kita): Transendensi diri (nilai-nilai seperti universalitas, kebaikan). Nilai-nilai ini memprioritaskan etika, ide-ide baru, dan menghubungkan tindakan dengan nilai-nilai.

  • Otoritas (Saya): Peningkatan diri (nilai seperti pencapaian, kekuasaan). Nilai-nilai ini memprioritaskan kesuksesan pribadi dan pengaruh.

  • Aturan (Kita): Konservasi (nilai-nilai seperti keamanan, kesesuaian, tradisi). Nilai-nilai ini memprioritaskan stabilitas dan harga diri.

​

Kerangka kerja ini membantu kita mencari tahu nilai-nilai dari hubungan kunci dan individu yang menjaga keseimbangan sistem. Ini juga membimbing kita dalam merumuskan pesan kita untuk mempengaruhi hubungan dan pemangku kepentingan ini.​

35.png

“Berilah makan apa yang ingin Anda kembangkan, bukan apa yang ingin Anda lawan -  Membangun kekuatan naratif membutuhkan pembangunan kosakata baru. Artinya, Anda harus membuat orang sangat familiar denga gagasan Anda dan jangan gunakan kerangka dan trik lama yang berbahaya untuk menyampaikan maksud Anda.”

 

Thomas Coombes

 

Untuk menggugah tindakan untuk perubahan sosial atau lingkungan, kita harus merujuk pada pada nilai intrinsik yang lebih besar dari diri kita sendiri di dalam komunitas (transendensi diri) dan otonomi (keterbukaan terhadap perubahan). Jika kita mencoba untuk merujuk pada pada kepentingan diri sendiri atau nilai status sosial, kita menjadi tidak koheren dengan misi kita, kurang efektif, dan tidak membangun perubahan yang kita inginkan.

​

Ketika digabungkan dengan alat lain yang dibahas di Bagian ini, kita memiliki cara yang komprehensif untuk menargetkan dan membingkai semua pesan kita.

​

Baca lebih lanjut: Liz Manne dan Harmony Labs’ Observatorium Naratif tentang audiens, dengan contoh dari AS: https://narrativeobservatory.org/audiences 
KONSEP

Sepuluh nilai pribadi dasar

lightbulb-dark.png
image.png
image.png

Shalom Schwarz menentukan sepuluh nilai pribadi dasar yang dapat ditemukan di berbagai budaya: konformitas, tradisi, keamanan, kekuasaan, pencapaian, hedonisme, stimulasi, arah diri, universalism dan kebaikan. Pusat Penelitian Kepentingan Publik Public Interest Research Centre (PIRC) membuat peta nilai untuk menunjukkan di mana beberapa nilai ini dan komponen-komponennya saling terkait. Kami sarankan untuk melihat peta untuk menjelajahi seberapa dekat nilai-nilai tertentu satu sama lain. Jika audiens target memprioritaskan satu nilai, akan lebih mudah untuk membuat mereka memprioritaskan nilai lain yang dekat dengan nilai tersebut di peta. Meskipun berguna untuk mempertimbangkan pengelompokan nilai, kami tidak merekomendasikannya untuk tujuan perencanaan kampanye yang terarah.

​Sources:
*The values map and wheel are both from: Holmes T., Blackmore, E., Hawkins, R. and Wakeford, T. (2011), The Common Cause Handbook: Public Interest Research Centre https://publicinterest.org.uk/download/values/Common%20Cause%20Handbook.pdf 
CERITA

Nilai-nilai religius dan perubahan iklim, Indonesia

book.png

Agama telah terbukti menjadi lensa yang kuat, atau sudut pandang dunia, yang dijadikan panutan dalam berorganisasi di Indonesia, terutama selama pemilihan seperti Pemilihan Presiden 2019. Indonesia sangat rentan terhadap perubahan iklim. Indonesian mengalami dampak dan bencana terkait iklim setiap tahun, tetapi belum ada narasi yang menyatukan tentang penyebab dan solusi untuk krisis iklim. Dengan 1.340 kelompok etnis dan lebih dari 700 bahasa setempat, sulit sekali mendefinisikan dan mengidentifikasi perubahan iklim dengan cara yang dilakukan oleh media dan ilmuwan Barat. Ini liminal—ada di antara berbagai kepercayaan dan di tepi pemahaman. Sementara beberapa bahasa daerah dapat menggambarkan fenomena iklim sebagai “pancaroba”, “pagebluk” atau “paceklik,” tidak ada satu istilah pun yang mencakup konsep ilmiah perubahan iklim.

​

Di Indonesia, penelitian audiens iklim nasional mengungkapkan bahwa orang Indonesia lebih mempercayai tokoh pemerintah daerah dan pemimpin agama dibandingkan pejabat pemerintah nasional atau LSM. Dengan 87% dari populasi yang beragama Sunni Muslim, Islam memainkan peran penting dalam membentuk dinamika budaya dan politik. Namun, mengkomunikasikan urgensi perubahan iklim di 2019 sangat menantang karena keragaman budaya dan bahasa, di mana terminologi ilmiah Barat tidak mudah dipahami atau diterima.

​

Kampanye MOSAIC (Muslims for Shared Actions on Climate Impact) dibentuk untuk memobilisasi orang Indonesia untuk tindakan iklim dengan menyelaraskan pesan dengan nilai dan sistem kepercayaan yang sudah ada. Kampanye perlu secara efektif melibatkan populasi dengan memanfaatkan nilai-nilai Komunitas (transendensi diri), memprioritaskan etika, ide-ide baru, dan menghubungkan tindakan dengan nilai-nilai. Pendekatan ini menekankan tanggung jawab etis umat Islam untuk melindungi lingkungan, menghubungkan tindakan iklim dengan ajaran Islam tentang pengelolaan dan kebaikan.

​

Kampanye ini dilakukan melalui

​

  1. Pemetaan Ekosistem dan Keterlibatan: Kampanye dimulai dengan pemetaan ekosistem yang komprehensif untuk mengidentifikasi pemain kunci dan memahami nilai, kebutuhan, dan tindakan mereka saat ini. Organisasi Islam yang signifikan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Majelis Ulama Indonesia (Indonesian Ulema Council, MUI) diidentifikasi sebagai pemeran penting karena pengaruh dan keselarasan mereka dengan nilai-nilai komunitas dan kebaikan. Organisasi-organisasi ini dilibatkan melalui dialog dan kolaborasi untuk mempromosikan pengelolaan lingkungan sebagai nilai inti Islam.

  2. Membangun Kepercayaan dan Kolaborasi: Kepercayaan dan kolaborasi dibangun melalui berbagai pertemuan, termasuk penyelenggaraan "Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari" (Kongres Muslim untuk Indonesia Berkelanjutan).

  3. Memicu prioritas nilai Komunitas:

    • Kongres ini menekankan tanggung jawab etis umat Muslim untuk menjaga lingkungan, menganggap tindakan iklim sebagai kewajiban moral yang berakar pada nilai-nilai Islam.

    • Manifesto yang dikembangkan di kongres disetujui oleh wakil presiden, seorang pemimpin Islam terkemuka, yang semakin memperkuat pesan tersebut.

  4. Mengembangkan Inisiatif: Setelah kongres, kampanye mengembangkan beberapa inisiatif yang selaras dengan nilai-nilai komunitas dan transendensi diri:

    • Filantropi Islam untuk Pendanaan Iklim: Sedekah Energi dan Waqf Hutan untuk mendorong aksi lingkungan berbasis komunitas, menghubungkan pemberian amal dengan upaya keberlanjutan.

    • Proyek pelatihan dan inkubasi: Proyek “Bengkel Hijrah Iklim” yang dipimpin oleh pemimpin pemuda Islam untuk memberdayakan generasi berikutnya dari advokat lingkungan.

    • Pusat Pengetahuan: "Fiqh untuk Transisi Energi yang Adil" untuk melegitimasi dan mensosialisasikan tindakan iklim dalam komunitas Islam, memastikan bahwa tindakan tersebut berlandaskan pada ajaran agama.

    • Platform media sosial: “Umat untuk Semesta” adalah platform media sosial yang berfokus pada persimpangan antara Islam dan lingkungan, membantu menyebarkan pesan aksi iklim sebagai tanggung jawab komunal dan etis.

​

Kampanye ini berhasil

​

  • Melibatkan jutaan Muslim di seluruh Indonesia dengan menghubungkan aksi iklim dengan nilai-nilai Islam tentang kebaikan dan komunitas.

  • Mendapatkan pengakuan dari media seperti AP, The New York Times, dan The Washington Post.

  • Dapat dukungan dari Wakil Presiden Indonesia dan Imam Besar Istiqlal, masjid terbesar di Asia Tenggara.

  • Membangun fondasi untuk gerakan iklim yang berkelanjutan dan berbasis nilai.

ALAT

Mencari fondasi dasar

observatory.png
36.png

Nilai-nilai apa yang mendorong misi Anda dan mendorong pemangku kepentingan kunci atau hubungan yang perlu Anda pengaruhi? Apakah Anda mengacu pada nilai-nilai yang lebih besar dari diri sendiri dalam komunitas atau otonomi? Bagaimana cara memanfaatkan nilai-nilai yang-lebih besar-dari- diri-sendiri yang dimiliki oleh audiens Anda?

 

Bagian 1

​

  1. Gambarlah bagan nilai di sebelah kiri.

  2. Tulis di Post-It dan tempelkan pada bagan:

    • Misi organisasi atau kampanye Anda;

    • Hubungan kunci yang perlu Anda pengaruhi;

    • Elemen lingkaran dalam yang mempertahankan sistem;

    • Komunitas yang paling dipercaya oleh hubungan kunci;

    • Penyampai pesan yang paling dipercaya oleh hubungan kunci.

  3. Diskusikan di mana Post-It terkumpul dan di mana ada kekosongan. Apa yang hal ini katakan tentang kesenjangan nilai yang perlu Anda jembatani agar target Anda bertindak?

​

Bagian 2

​

Sekarang, bagaimana Anda dapat membingkai pesan agar menarik pada nilai komunitas dan otonomi dalam audiens Anda? Bagaimana Anda bisa membuat mereka berpikir lebih besar dari diri sendiri dan bertindak?

​

  • Sebagai kelompok, susun pesan yang dapat mengaktifkan prioritas nilai ini dalam audiens Anda, selaras dengan misi kampanye Anda.

  • Pertimbangkan bagaimana pesan-pesan ini dapat bekerja dalam branding atau pesan kampanye yang sudah ada, serta dalam advokasi dan komunikasi.

  • Cari peluang untuk menguji pesan ini dengan menggunakan teknik dalam Bab 15: Keputusan Dipelajari dan Bab 16: Emosi adalah Oksigen.

bottom of page