
Bagian 4
Storms

Bab 18
Fleksibilitas adalah ketekunan
​
Badai—krisis atau peluang—dapat dihadapi dengan empat strategi yang fleksibel: Menghindar, Beradaptasi, Berlindung, Maju. Merencanakan tanggapan ini sejak awal memungkinkan gerakan tidak hanya bertahan, tetapi juga membentuk hasil yang menguntungkan.

Empat strategi untuk menangani setiap krisis atau peluang.
​
Hewan merespons badai berdasarkan apa yang mereka ketahui dan dengan bekerja sama. Manusia melakukan hal yang sama. Di Bangladesh, penduduk desa membangun kebun sayur terapung untuk melindungi mata pencaharian mereka dari banjir; sementara di Vietnam, masyarakat membantu menanam mangrove yang lebat di sepanjang pantai untuk meredakan gelombang badai tropis.*
​
“Jatuh sebenarnya bisa dihitung sebagai terbang – tetapi tanpa adanya tirani koordinat.”
Bayo Akomolafe
​
Ketika organisasi menghadapi krisis atau peluang, jauh lebih baik untuk bekerjasama dengan badai daripada melawannya secara langsung. Organisasi kadang-kadang membuat rencana untuk hadapi krisis, tetapi jarang untuk buat rencana untuk menggunakan peluang. Mekanisme respons bencana sering berfokus pada pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, respons, dan pemulihan.
​
Di sini kami mengajukan sebuah alat fleksibilitas dengan empat strategi yang terinspirasi oleh respons hewan terhadap badai.
​
-
Minggir: Minggir ke tepi badai untuk menemukan cara bertahan hidup atau mendapatkan manfaat.
-
Adaptasi: Ubah lokasi, fokus, atau strategi Anda.
-
Tempat Perlindungan: Tetap tenang sampai badai berlalu.
-
Serang: Tingkatkan usaha Anda supaya terdengar melampaui kebisingan yang ada.

Strategi-strategi ini dapat membantu Anda:
​
-
Tanggapi dan manfaatkan badai sebaik-baiknya.
-
Atasi dampak yang mungkin terjadi karena badai.
-
Buatlah badai yang memaksa lawan Anda untuk merespons dengan beberapa cara berikut.
Rencanakan strategi ini sebelum memulai kampanye Anda (Anda dapat mempraktikkannya dengan alat Simulasi adalah Pencegahan di Bab 19):
CERITA
Minggir: Iftar Taman Gezi, Turki

Pada tahun2013, Gezi Park di Istanbul menjadi pusat protes terhadap rencana pengembangan perkotaan yang memicu demonstrasi luas di seluruh Turki. Gerakan ini menyatukan berbagai kelompok, termasuk para pengunjuk rasa anti-kapitalis Muslim sekuler dan yang taat beribadah.
​
Selama bulan suci Ramadan, otoritas Turki berusaha untuk melemahkan aliansi ini dengan menindak para pengunjuk rasa, dan berharap dapat memanfaatkan perbedaan agama di antara mereka.
​
Para pengunjuk rasa menghadapi tantangan kritis: bagaimana menjaga persatuan mereka di tengah upaya pemerintah untuk memecah belah mereka, terutama selama Ramadan, ketika para pengunjuk rasa Muslim sedang berpuasa. Tugas mereka adalah mencegah pihak berwenang menggunakan ketaatan beragama sebagai alat untuk memecah solidaritas gerakan.
Minggir
​
Sebagai tanggapan terhadap tantangan ini, para pengunjuk rasa Muslim anti-kapitalis memutuskan untuk memanfaatkan kesempatan tradisi Ramadan untuk membangun lebih banyak inklusi dan persatuan di antara para kelompok.
​
-
Mereka mengundang semua pengunjuk rasa untuk bergabung dengan mereka untuk Iftar, menyebutnya sebagai 'meja bumi', mengundang semua orang - dari berbagai perspektif dan praktik - untuk duduk di tanah dan makan bersama sebagai bentuk solidaritas bersama.
-
Iftar diadakan di pusat area protes yang membentang dari Jalan Istiklal hingga Lapangan Taksim. Orang-orang membawa hidangan sederhana yang melambangkan perjuangan bersama mereka melawan kapitalisme, dan mereka datang membawa diri masing-masing baik religius atau non-religius, sederhana atau sekuler.
-
Perkumpulan massa itu berubah menjadi demonstrasi solidaritas yang kuat, yang tidak hanya menentang upaya pihak berwenang untuk memecah belah mereka tetapi juga memperkuat persatuan gerakan.
-
Ketika polisi memerintahkan para pengunjuk rasa untuk membubarkan diri, kerumunan yang damai dan bersatu tetap teguh, sehingga menyebabkan polisi mundur.
​
Hasil
​
Iftar publik adalah titik balik dalam protes Gezi Park. Dengan menghindari upaya pihak berwenang untuk memecah gerakan, para pengunjuk rasa memperkuat persatuan mereka dan memperluas perlawanan mereka dari Taman Gezi ke Lapangan Taksim dan seterusnya. Acara tersebut menjadi simbol solidaritas dan ketahanan melawan kapitalisme, menunjukkan bahwa orang-orang dapat mengatasi perbedaan mereka dan berdiri bersama untuk tujuan bersama. Semangat persatuan yang muncul dari momen ini sangat transformatif, menginspirasi perlawanan yang berkelanjutan di seluruh Istanbul dan di seluruh Turki.
​
Baca selengkapnya: https://www.dw.com/en/remembering-gezi-during-ramadan-ground-dining-brings-together-anti-war-activists/a-19329255 dan https://psa.ac.uk/sites/default/files/conference/papers/2014/RETHINKING%20THE%20SECULAR-ISLAMIC%20DIVIDE%20AFTER%20GEZI.pdf
CERITA
Gerakan Pinjra Tod, India

Di tahun2015, Jamia Milia Universitas Islamia memberlakukan pembatasan baru pada wanita penghuni asrama yaitu dengan membatalkan keluar malam dan memberlakukan jam malam. Sebagai tanggapan, seorang siswa menulis surat yang hebat kepada Wakil Rekto yang memicu pembentukan Pinjra Tod ("Hancurkan Sangkar", sebuah kolektif perempuan otonom).
​
Pinjra Tod menghadapi tantangan untuk mengatasi norma patriarkal yang sudah mengakar dalam yang membatasi kebebasan mahasiswa perempuan, terutama di asrama universitas. Tugas mereka adalah untuk memobilisasi siswa di seluruh negeri untuk menantang norma-norma ini dan mengadvokasi kesetaraan gender yang lebih besar, dengan fokus pada isu-isu seperti aturan jam malam, pengawasan moral, dan praktik diskriminatif di lembaga pendidikan. Mereka juga berusaha untuk menciptakan gerakan feminis yang lebih inklusif dan interseksional yang menangani keresahan perempuan dari berbagai latar belakang, termasuk perempuan yang berasal dari komunitas yang terpinggirkan.
​
Adaptasi
​
Pinjra Tod diadaptasi dengan mengembangkan lokasi, fokus, strategi, dan taktiknya:
​
-
Pendekatan Organisasi Terdesentralisasi dan Dapat Direplikasi:
-
Struktur terdesentralisasi akan membantu fleksibilitas dan adaptabilitas: Pinjra Tod mengadopsi struktur non-hierarkis, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan secara bersama. Dengan tidak memilih satu pemimpin, mereka memastikan adanya kepemilikan yang setara di antara anggota. Keputusan ini membantu menyebarkan gerakan mereka ke kampus-kampus di seluruh India.
-
Mereka membangun solidaritas lintas gerakan dengan menghubungkan perjuangan melawan pengawasan, penegakan moral, dan diskriminasi. Pendekatan ini memungkinkan gerakan itu untuk beresonansi dengan mahasiswa perempuan di seluruh negeri dan mendorong adanya aksi bersama.
-
Gerakan ini juga melibatkan perempuan dari berbagai kelompok sosial, mengakui pentingnya interseksionalitas dan inklusi suara-suara yang terpinggirkan. Namun, pendekatan ini juga menghadapi tantangan, karena beberapa anggota dari komunitas suku, Muslim, dan Bahujan mengungkapkan keresahan mereka tentang praktik eksklusi dalam kelompok tersebut.
-
-
Strategi dan Taktik: Gerakan tersebut mengambil tindakan gesit yang dapat diatur dengan cepat oleh beberapa anggota saja.
-
Blokade Chakka jam," memblokir lalu lintas untuk melambangkan imobilisasi mereka karena jam malam asrama.
-
Berkeliaran Pawai malam, mendaki, dan bahkan merusak gerbang asrama.
-
Simbolisme: Kantor admin yang terkunci untuk mencerminkan penahanan mereka sendiri.
-
-
Menyesuaikan Taktik untuk Keamanan: Menyadari adanya risiko, Pinjra Tod dengan hati-hati menyeimbangkan visibilitas dan anonimitas:
-
Taktik gerilya: Pemasangan poster di malam hari, grafiti, dan penggunaan media sosial yang strategis untuk menghindari identifikasi dan pembalasan dendam.
-
Berkontribusi untuk peran tertentu: Rencana dibuat melalui grup WhatsApp, dan selama protes berisiko tinggi seperti chakka jam, mereka menetapkan peran berdasarkan tingkat kenyamanan siswa.
-
Tetap patuhi aturan tertentu: Mereka melakukan aksi setelah jam 6:30sore untuk menghindari penangkapan polisi. Mereka juga menutupi kamera CCTV untuk melindungi identitas peserta.
-
-
Memperluas Aksi Melalui Aliansi: Pinjra Tod menerima umpan balik positif dan mereka memperluas cakupannya:
-
Membangun aliansi dengan non-penghuni, gerakan mahasiswa lainnya, dan kelompok queer. Pinjra Tod secara efektif memanfaatkan dukungan dari sekutu, termasuk gerakan mahasiswa lainnya, kelompok queer, dan Komisi Delhi untuk Perempuan atau Commission for Women (DCW). Dukungan DCW secara khusus membantu menantang narasi media yang menggambarkan Jamia sebagai institusi minoritas yang membenarkan aturan yang regresif. Dukungan dari DCW ini menginspirasi perempuan dari universitas lain, terutama Universitas Delhi, untuk ikut bergabung di bawah spanduk Pinjra Tod.
-
Membuat acara bersama seperti ‘Humara Mohalla’ untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh perempuan di pasar sewa rumah informal dengan menghubungkan isu-isu ini dengan perjuangan yang lebih luas yaitu akomodasi yang terjangkau dan tidak diskriminatif.
-
Menentang penindasan struktural interseksional: Aliansi-aliasi tersebut membantu gerakan ini untuk mendorong universitas agar mengakui hambatan struktural yang mempengaruhi pendidikan perempuan.
-
-
Fokus pada Interseksionalitas dan Isu yang Lebih Luas:
-
Selain aturan jam malam, Pinjra Tod memperluas fokusnya pada pelecehan seksual, kode berpakaian diskriminatif, dan pengecualian perempuan dari ruang publik.
-
Pinjra Tod terlibat dalam kegiatan seperti Jan Sunwais (audiensi publik) untuk mengangkat suara perempuan ke depan, membahas pengalaman mereka terkait diskriminasi dan anggapan yang salah tentang keamanan di asrama.
-
Gerakan ini juga menyoroti isu-isu terkait kelas, kasta, dan diskriminasi agama, menantang dominasi feminisme Savarna (kasta atas) dan ideologi sayap kanan.
-
​
Hasil
Pinjra Tod berhasil diubah dari protes berbasis kampus menjadi gerakan nasional yang menantang norma patriarkal dalam pendidikan tinggi. Namun, muncullah tantangan internal terkait inklusivitas dan representasi yang menyebabkan beberapa anggota dari komunitas terpinggirkan meninggalkan organisasi karena merasa adanya praktik eksklusi oleh anggota kasta atas.
​
Meskipun adanya tantangan ini, Pinjra Tod tetap menjadi kekuatan signifikan dalam perjuangan melawan penindasan patriarkal di universitas-universitas India. Gerakan ini telah berperan penting dalam membentuk kembali wacana tentang hak-hak perempuan, mendorong feminisme yang lebih inklusif dan interseksional, serta menginspirasi gerakan feminis lainnya di seluruh negeri.
Baca lebih lanjut: https://haiyya.medium.com/pinjra-tod-4-important-movement-building-lessons-2e70902f0eb3 dan https://armchairjournal.com/pinjra-tod-a-contemporary-feminist-movement/ dan https://pinjratod.wordpress.com/
CERITA
Mencetak cerita #MeToo ke dalam blockchain, China

Pada tahun 2018, Yue Xin, seorang mahasiswa tahun akhir di Universitas Peking berusaha mengungkap kasus pemerkosaan dan bunuh diri yang sudah berlangsung selama beberapa dekade yang melibatkan seorang mantan dosen. Yue dan tujuh mahasiswa lainnya mengajukan permohonan Freedom Of Information (FOI) kepada universitas dan meminta transparansi mengenai masalah tersebut. Namun, universitas dan pemerintah China dengan cepat bergerak untuk menekan cerita tersebut dan menekan Yue serta menyensor pesannya dari internet China yang dikendalikan dengan ketat.
Yue dan rekan-rekan aktivisnya menghadapi tantangan besar: bagaimana cara menjaga dan menyebarkan cerita itu di tengah sensor pemerintah yang sangat ketat. Tugasnya adalah untuk memastikan bahwa cerita itu tidak dapat dihapus walaupun pihak berwenang berusaha lakukan pembungkaman total .
TOOL
Storm Strategies

Tempat Perlindungan
​
Menyadari tidak bergunanya konfrontasi langsung dengan para penyensor, aktivis daring menerapkan prinsip perlindungan dengan secara diam-diam mengalihkan strategi mereka ke teknologi blockchain:
​
-
Seorang pengguna anonim menyematkan suratYue ke dalam blockchain Ethereum, sebuah buku besar terdesentralisasi dan tidak dapat diubah yang tidak dapat diubah atau dihapus.
-
Pendekatan ini memastikan bahwa cerita tetap dapat diakses, di luar jangkauan sensor Cina.
-
Selain itu, para aktivis membagikan tautan blockchain melalui kode QR dan pesan terenkripsi untuk lebih lanjut menyebarkan surat tersebut sambil menghindari konfrontasi langsung dengan pihak berwenang.
Hasil
​
Para aktivis berhasil mengamankan pesan Yue Xin di blockchain sehingga bisa tersedia secara permanen meskipun sensor tetap berlangsung. Dengan tetap diam dan menghindari konflik langsung sampai cerita tersebut terkode dengan aman, mereka menghindari penindasan namun tetap memastikan cerita tersebut tidak dapat dihapus. Tindakan ini tidak hanya melindungi pesan Yue tetapi juga menunjukkan metode baru untuk melawan sensor sehingga menginspirasi aktivis lain yang menghadapi tantangan serupa. Penggunaan blockchain menjadi simbol ketahanan dan inovasi dalam perjuangan untuk kebebasan berbicara di China.
Selengkapnya: https://www.rfa.org/indonesia/news/china/blockchain-04272018110005.html#:~:text=Aktivis%20daring%20di%20Cina%20menggunakan, dari%20internet%20Cina%20yang%20sangat%20terkendali.


Langkah 1
​
Profilkan badai sebagai sebuah sistem (mungkin sudah dilakukan di bab pertama bagian ini). Sekali lagi, profilkan lingkaran dalam yang menjaganya tetap ada:
​
-
Mengapa: Nilai-nilai apa yang menopang kekuatan badai ini? Bagaimana badai ini mengubah nilai dari sistem yang lebih luas, atau organisasi Anda?
-
Siapa: Siapa yang mendorong badai ini, menetapkan aturan cara kerjanya? Bagaimana ini mengubah hubungan yang menggerakkan sistem yang lebih luas, atau hubungan kunci organisasi Anda?
-
Di mana: Di mana aliran informasi yang membuat badai ini berkembang? Bagaimana ini bersinggungan, memperkuat, atau mengganggu aliran informasi dalam sistem yang lebih luas atau organisasi Anda?
-
Bagaimana: Bagaimana badai ini bekerja dalam praktiknya? Bagaimana hal ini memengaruhi operasi sistem yang lebih luas dan operasi Anda sendiri?
-
Apa: Apa masukan dan keluaran dasar dari badai ini? Apa yang terlihat secara publik? Bagaimana ini bersinggungan dengan sistem yang lebih luas, serta masukan dan keluaran Anda sendiri?
-
Lingkaran dalam: Apa lingkaran dalam yang menjaga badai ini? Apakah ia menstabilkan, membuat stagnan, ganas, atau bermanfaat? Apa efek lingkaran ini terhadap sistem yang lebih luas dan terhadap kampanye Anda sendiri?
Langkah 2
Jelajahi berbagai strategi yang bisa Anda ambil menghadapi badai. Tandai pendekatan Anda bersama strategi yang relevan pada bagan badai. Catatan: Kadang Anda perlu menggunakan strategi yang berbeda dari yang ditunjukkan pada bagan.
​
-
Menghindar: Apa batas-batas badai ini? Bisakah kita mengubah elemen badai menjadi keuntungan? Dengan siapa kita perlu bekerja agar berhasil menghindar?
-
Beradaptasi: Apakah kita perlu mengubah pendekatan atau target kampanye? Bisakah kita mengubah pesan, arah, atau hubungan target untuk melemahkan badai atau narasinya? Haruskah kita mengubah saluran komunikasi, atau bekerja sama dengan sekutu baru yang dapat berpengaruh di tempat kita sudah tidak bisa lagi?
-
Berlindung: Apakah aman menunggu badai ini berlalu? Berapa lama kira-kira kita harus menunggu? Apa biaya tidak bertindak atau tidak merespons, dibandingkan dengan biaya melakukannya?
-
Menerjang: Sumber daya apa yang kita butuhkan untuk meningkatkan upaya kita? Dengan siapa kita bisa bekerja sama untuk dampak lebih besar? Intervensi apa yang bisa mengubah stagnan menjadi stabil? Intervensi apa yang bisa mengubah ganas menjadi bermanfaat?